Wulan Nan Menggairahkan
Suatu hari aku ke Garut. Ketika aku sampai ke rumah kakakku, aku melihat ada tamu, rupanya ia adalah teman kuliah kakakku waktu dulu. Aku dikenalkan kakakku kepadanya. Rupanya ia sangat ramah kepadaku. Usianya tigapuluhdelapan tahun dan sebut saja namanya Primus. Ia pun mengundangku untuk main ke rumahnya dan dikenalkan pada anak serta istrinya. Istrinya, Tante Ani, lima tahun lebih muda darinya, dan putrinya, Wullan, duduk di kelas dua Sekolah Menengah Pertama.
Kalau aku ke Garut aku sering main ke rumahnya. Dan pada hari Senin, aku ditugaskan oleh Primus untuk menjaga putri dan rumahnya karena ia akan pergi ke Bali, ke rumah sakit untuk menjenguk saudara istrinya yang sedang sakit panas dingin, flu, batuk dan pusing dan dirawat selama 3 hari. oleh karena itu ia minta cuti di kantornya selama 1 minggu. Ia berangkat bersama istrinya, sedangkan anaknya tidak ikut karena sekolah.
Setelah 3 hari di rumahnya, suatu kali aku pulang dari rumah kakakku, karena aku tidak ada kesibukan apapun dan aku pun menuju rumah Primus. Aku pun bersantai dan DVD Player. Selesai satu film Rome Must Die. Saat melihat rak, di bagian bawahnya kulihat beberapa Video Bokep. Karena memang sendirian, aku pun menontonnya. Sebelum habis satu film, tiba-tiba terdengar pintu depan dibuka. Aku pun tergopoh-gopoh mematikan televisi dan menaruh cover DVD Video Bokep di bawah karpet.
“Hallo, Oom Parko..!” Wullan yang baru masuk tersenyum.
“Eh, tolong dong bayarin Becak.. uang Wullan seratus ribuan, abang becak nya nggak ada kembalinya.”
Aku tersenyum mengedipkan mata dan keluar membayarkan Becak yang cuma dua ribu rupiah.
Saat aku masuk kembali.., pucatlah wajahku! Wullan duduk di karpet di depan televisi, dan menyalakan kembali Video Bokep yang sedang setengah jalan. Wullan memandang kepadaku dan tertawa geli.
“Ih! Oom Parko! Begitu, yah, caranya..? Wullan sering diceritain temen-temen di sekolah, tapi belon pernah liat.”
“Wullan.. kamu nggak boleh nonton itu! Kamu belum cukup umur! Ayo, matiin.” serba salah akupun menjawab
“Aahh, Oom Parko. Jangan gitu, dong! Tu, liat.. cuma gitu-gitu dwang kan?! Gambar yang dibawa temen Wullan di sekolah lebih ganas dan hehe…..”
Tak tahu lagi apa yang harus kukatakan, dan khawatir kalau kularang Wullan justru akan lapor pada orangtuanya, aku pun ke dapur membuat minum dan membiarkan Wullan terus menonton. Dari dapur aku duduk-duduk di beranda belakang membaca majalah.
Sekitar jam delapan malam, aku keluar dan membeli makanan. Sekembalinya, di dalam rumah kulihat Wullan sedang telungkup di sofa mengerjakan PR, dan.. astaga! Ia mengenakan daster yang pendek dan tipis. Tubuh mudanya yang sudah mulai matang terbayang jelas. Paha dan betisnya terlihat putih mulus, dan pantatnya membulat indah. Aku menelan ludah dan terus masuk menyiapkan makanan.
Setelah makanan siap, aku memanggil Wullan. Dan.., sekali lagi astaga.. jelas ia tidak memakai pembungkus payudara, karena puting susunya yang menjulang membayang di dasternya. Aku semakin gelisah karena penisku yang tadi sudah mulai bergidik, sekarang benar-benar menegak dan mengganjal di celanaku. Selesai makan, saat mencuci piring berdua di dapur, kami berdiri bersampingan, dan dari celah di dasternya, buah Toketnya yang indah mengintip. Saat ia membungkuk, puting susunya yang merah muda kelihatan dari celah itu. Aku semakin gelisah. Selesai mencuci piring, kami berdua duduk di sofa di ruang keluarga.
“Oom, ayo tebak. Hitam, kecil, keringetan, apaan..!”
“Ah, gampang! Semut lagi push-up! Khan ada di tutup botol! Gantian.. putih-biru-putih, kecil, keringetan, apa..?”
Wullan mengernyit dan memberi beberapa tebakan yang semua kusalahkan.
“Yang bener.. Wullan pakai seragam sekolah, kepanasan di Becak..!”
“Aahh.. Oom Parko ngeledek..!”
Wullan meloncat dan berusaha mencubiti lenganku. Aku menghindar dan menangkis, tapi ia terus menyerang sambil tertawa, dan.. tersandung! Ia jatuh ke dalam pelukanku, membelakangiku. Lenganku merangkul Toketnya, dan ia duduk tepat di atas batang kelelakianku! Kami terengah-engah dalam posisi itu. Harum bedak bayi dari kulitnya dan harum aroma shampo rambutnya membuatku makin terangsang. Dan aku pun mulai menciumi lehernya. Wullan mendongakkan kepala sambil memejamkan mata, dan tanganku pun mulai meremas kedua buah Toketnya. Nafas Wullan makin terengah, dan tanganku pun masuk ke antara dua pahanya. Celana dalamnya sudah basah, dan jariku mengelus belahan yang membayang.
“Uuuhh.. mmhh..” Wullan menggelinjang.
Kesadaranku yang tinggal sedikit seolah memperingatkan bahwa yang sedang kucumbu adalah seorang gadis Sekolah dasar kelas 8, tapi gariahku sudah sampai ke ubun-ubun dan aku pun menarik lepas dasternya dari atas kepalanya.Aku segera mengulum puting susunya yang merah muda, berganti-ganti kiri dan kanan hingga Toketnya basah mengkilap oleh ludahku. Tangan Wullan yang mengelus belakang kepalaku dan erangannya yang tersendat membuatku makin tak sabar. Aku menarik lepas celana dalamnya, dan.. nampaklah bukit Memek nya yang baru ditumbuhi rambut jarang. Bulu yang sedikit itu sudah nampak mengkilap oleh cairan kemaluan Wullan. Aku pun segera membenamkan kepalaku ke tengah kedua pahanya.
“Ehh.. mmaahh..,” tangan Wullan meremas sofa dan pinggulnya menggeletar ketika bibir memek nya ku sedot kucium. Sesekali lidahku berpindah ke perutnya dan mengemut perlahan.
“Ooohh.. aduuhh..,” Wullan mengangkat punggungnya ketika lidahku menyelinap di antara belahan Memek nya yang masih begitu rapat.
Lidahku bergerak dari atas ke bawah dan bibir Memek nya mulai membuka. Sesekali lidahku akan membelai kelentitnya dan tubuh Wullan akan terlonjak dan nafas Wullan seakan tersedak. Tanganku naik ke Toketnya dan meremas kedua bukit Toketnya. Putingnya sedikit membesar dan mengeras. Ketika aku berhenti menjilat dan mengulum, Wullan tergeletak terengah-engah, matanya merem melek, terkadang hanya terlihat putihnya saja. Tergesa aku membuka semua pakaianku, dan Kontol ku yang tegak teracung ke langit-langit, kubelai-belaikan di pipi Wullan.
“Mmmhh.. mmhh.. oohhmm..,” ketika Wullan membuka bibirnya, kujejalkan kepala Kontol ku.
Mungkin film tadi masih diingatnya, jadi ia pun mulai menyedot. Tanganku berganti-ganti meremas Toketnya dan membelai Memek nya. Segera saja Kontol ku basah dan mengkilap. Tak tahan lagi, aku pun naik ke atas tubuh Wullan dan bibirku melumat bibirnya. Aroma Kontol ku ada di mulut Wullan dan aroma kemaluan Wullan di mulutku, bertukar saat lidah kami saling membelit. Dengan tangan, kugesek-gesekkan kepala Kontol ku ke celah di selangkangan Wullan, kurasakan tangan Wullan menekan pantatku dari belakang.
“Ohhmm, mam.. msuk.. hh.. msukin.. Omm.. hh.. ehekmm..”
Perlahan Kontol ku mulai menempel di bibir liang Memek nya, dan Wullan semakin mendesah-desah. Segera saja kepala Kontol ku kutekan, tetapi gagal saja karena tertahan sesuatu yang kenyal. Aku pun berpikir,
“Aahh..”! Wullan menelentang di sofa dengan tubuh hampir polos
apakah lubang sekecil ini akan dapat menampung Kontol ku yang besar ini. Terus terang saja, ukuran Kontol ku adalah panjang 15 cm, lebarnya 4,5 cm sedangkan Wullan masih Sekolah Menengah Perrama dan ukuran lubang Memek nya terlalu kecil.
Tetapi dengan dorongan nafsu yang besar, aku pun berusaha. Akhirnya usahaku pun berhasil. Dengan satu sentakan, tembuslah halangan itu. Wullan memekik kecil, dahinya mengernyit menahan sakit. Kuku-kuku tangannya mencengkeram kulit punggungku. Aku menekan lagi, dan terasa ujung Kontol ku membentur dasar padahal baru 3/4 Kontol ku yang masuk. Lalu aku diam tidak bergerak, membiarkan otot-otot kemaluan Wullan terbiasa dengan benda yang ada di dalamnya. Kernyit di dahi Wullan menghilang, dan aku pun mulai menarik dan menekankan pinggulku. Wullan mengernyit lagi, tapi lama kelamaan mulutnya menceracau.
“Aduhh.. sshh.. iya.. terusshh.. mmhh.. aduhh.. enak.. Oomm..”
Aku merangkulkan kedua lenganku ke punggung Wullan, lalu membalikkan kedua tubuh kami hingga Wullan sekarang duduk di atas pinggulku. Nampak baru kepala Kontol ku saja yang menancap di Memek nya. Tanpa perlu diajarkan, Wullan segera menggerakkan pinggulnya, sementara jari-jariku berganti-ganti meremas dan menggosok dada, kelentit dan pinggulnya, dan kami pun berlomba mencapai puncak. Lewat beberapa waktu, gerakan pinggul Wullan makin menggila dan ia pun membungkukkan tubuhnya dan bibir kami berlumatan. Tangannya menjambak rambutku, dan akhirnya pinggulnya menyentak berhenti. Terasa cairan hangat membalur seluruh batang Kontol ku.
Setelah tubuh Wullan melemas, aku mendorong ia telentang. Dan sambil menindihnya, aku mengejar puncakku sendiri. Ketika aku mencapai klimaks, Wullan tentu merasakan siraman air maniku di liangnya, dan ia pun mengeluh lemas dan merasakan orgasmenya yang ke dua. Sekian lama kami diam terengah-engah, dan tubuh kami yang basah kuyup dengan keringat masih saling bergerak bergesekan, merasakan sisa-sisa kenikmatan orgasme.
“Aduh, Oom.. Wullan lemes. Tapi enak banget.”
Aku hanya tersenyum sambil membelai rambutnya yang halus. Satu tanganku lagi ada di pinggulnya dan meremas-remas. Kupikir tubuhku yang lelah sudah terpuaskan, tapi segera kurasakan Kontol ku yang telah melemas bangkit kembali dijepit liang vagina Wullan yang masih amat kencang. Aku segera membawanya ke kamar mandi, membersihkan tubuh kami berdua dan.. kembali ke kamar melanjutkan babak berikutnya. Sepanjang malam aku mencapai tiga kali lagi orgasme, dan Wullan.. entah berapa kali. Begitupun di saat bangun pagi, sekali lagi kami bergumul penuh kenikmatan sebelum akhirnya Wullan kupaksa memakai seragam, sarapan dan berangkat ke sekolah.
Kembali ke rumah Primus, aku masuk ke kamar tidur tamu dan segera pulas kelelahan. Di tengah tidurku aku bermimpi seolah Wullan pulang sekolah, masuk ke kamar dan membuka bajunya, lalu menarik lepas celanaku dan mengulum Kontol ku. Tapi segera saja aku sadar bahwa itu bukan mimpi, dan aku memandangi rambutnya yang tergerai yang bergerak-gerak mengikuti kepalanya yang naik-turun. Aku melihat keluar kamar dan kelihatan DVD Bokep menyala, dengan film yang kemarin. Ah! Merasakan caranya memberiku “Sepong Kontol paling nikmat”, aku tahu bahwa ia baru saja belajar dari Vidoe bokep yang ku tonton tadi siang.
Komentar
Posting Komentar